Selamat Datang di Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi
Selamat datang di Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi, sebuah tempat yang kaya akan sejarah dan budaya. Kawasan ini adalah rumah bagi reruntuhan candi-candi megah dari era Hindu-Buddha, termasuk Candi Gumpung, Candi Gedong, Candi Kedaton dan banyak lagi lainnya. Namun, keindahan kawasan ini tidak hanya terletak pada peninggalan sejarahnya, tetapi juga pada kekayaan budaya lokal yang menyelimuti desa-desa di dalamnya.
Desa-desa di kawasan ini, seperti Desa Wisata Muara Jambi, menawarkan pengalaman budaya yang autentik. Masyarakat setempat masih mempertahankan tradisi dan adat istiadat yang telah ada sejak lama. Anda dapat menyaksikan kerajinan tangan tradisional, seperti membatik dan anyaman, serta merasakan kehangatan sambutan dari penduduk desa yang ramah.
Selain itu, berbagai upacara adat dan festival lokal sering diadakan, memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk merasakan langsung keunikan budaya setempat. Kawasan ini, dengan gabungan antara warisan sejarah dan budaya lokal yang kaya. Mari jelajahi dan hargai kekayaan yang ada di Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi.
Kepingan sejarah Indonesia kembali ditemukan, revitalisasi Muarajambi berupaya mengingatkan kita pada peran penting Nusantara dalam pendidikan peradaban dunia di berbagai bidang sejak berabad-abad silam. Situs sejarah yang terbentang seluas 3.981 hektar ini menjadi bagian dari proses dan usaha kolektif pemerintah, arkeolog, dan warga sekitar untuk melestarikan budaya Indonesia.
Hai hai Sobat Jelajah Muara Jambi kali ini kita akan mengenal sedikit tentang Desa Tebat Patah:
Desa Tebat Patah adalah salah satu desa yang berada dalam Kawasan Cagar Budaya Nasional Muara Jambi, sebuah kawasan yang kaya akan sejarah dan budaya peninggalan masa lalu. Sebagai bagian dari wilayah yang berhubungan erat dengan warisan peradaban Kerajaan Melayu Kuno, desa ini menyimpan banyak cerita dan tradisi yang hingga kini masih hidup di tengah masyarakatnya.
Desa Tebat Patah terkenal dengan kehidupan masyarakatnya yang sangat menghargai kearifan lokal, terutama dalam menjaga keseimbangan alam. Penduduk desa ini sangat menjaga kelestarian lingkungan, terutama ekosistem perairan seperti sungai, rawa, dan danau yang menjadi sumber mata pencaharian mereka. Aturan adat yang ketat terkait penggunaan sumber daya alam menjadi bukti bagaimana masyarakat desa menghormati alam dan kehidupan yang dihasilkannya. Setiap tindakan yang bisa merusak lingkungan diawasi dengan cermat oleh tetua adat dan masyarakat, memastikan bahwa keseimbangan ekosistem tetap terjaga untuk generasi mendatang.
Budaya gotong royong di Desa Tebat Patah juga menjadi salah satu ciri khas yang kuat. Masyarakat desa sangat menghargai kebersamaan dan selalu bergotong royong dalam berbagai kegiatan. Mulai dari pembangunan rumah, upacara adat, hingga kegiatan sosial lainnya, semuanya dilakukan secara bersama-sama sebagai wujud solidaritas dan kekeluargaan yang erat di antara warga desa. Nilai-nilai kebersamaan ini tak hanya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga diwariskan kepada generasi muda agar selalu ingat akan pentingnya persatuan dan tolong-menolong.
Selain gotong royong, keterampilan tradisional juga masih dilestarikan di Desa Tebat Patah. Salah satunya adalah keterampilan menganyam tikar rumbai. Para perempuan di desa ini masih aktif menganyam tikar rumbai dari serat alami, sebuah tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Tikar ini tidak hanya digunakan untuk keperluan sehari-hari, tetapi juga memiliki nilai budaya yang tinggi karena sering digunakan dalam berbagai upacara adat dan kegiatan sosial. Proses menganyam tikar ini membutuhkan kesabaran dan ketelitian, dan menjadi salah satu wujud keterikatan masyarakat dengan alam serta tradisi leluhur.
Desa Tebat Patah juga menjadi bagian penting dalam pelestarian warisan budaya dan sejarah di Kawasan Cagar Budaya Nasional Muara Jambi. Desa ini dekat dengan situs-situs bersejarah peninggalan Kerajaan Melayu Kuno yang tersebar di sekitar Muara Jambi, termasuk candi-candi, arca, dan berbagai artefak yang mencerminkan kejayaan masa lalu. Desa Tebat Patah turut serta dalam upaya menjaga dan melestarikan situs-situs ini, memastikan bahwa generasi mendatang masih dapat menikmati dan mempelajari warisan sejarah yang sangat berharga ini.
Selain itu, adat istiadat yang ada di Desa Tebat Patah tetap dijalankan dengan penuh penghormatan. Upacara adat yang berkaitan dengan siklus kehidupan, seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian, tetap dilakukan sesuai dengan tradisi leluhur. Setiap upacara memiliki makna mendalam dan melibatkan seluruh masyarakat desa, menjadikannya momen penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Para tetua adat berperan sebagai penjaga tradisi, memastikan bahwa setiap prosesi berjalan sesuai dengan aturan adat yang sudah diwariskan turun-temurun.
Selain berperan dalam pelestarian budaya lokal, masyarakat Desa Tebat Patah juga terlibat aktif dalam menjaga hubungan harmonis dengan desa-desa tetangga di sekitar Kawasan Cagar Budaya Nasional Muara Jambi. Kerjasama antar desa, terutama dalam hal menjaga situs cagar budaya dan melaksanakan kegiatan budaya bersama, semakin mempererat hubungan antar masyarakat di kawasan tersebut.
Dengan posisinya yang strategis dalam kawasan cagar budaya, Desa Tebat Patah menjadi salah satu bagian penting dari upaya pemerintah dan masyarakat dalam mempromosikan Muara Jambi sebagai destinasi wisata sejarah dan budaya. Potensi ini tak hanya memperkenalkan kekayaan budaya kepada pengunjung, tetapi juga mendorong masyarakat untuk terus menjaga identitas dan tradisi yang telah menjadi bagian dari kehidupan mereka selama berabad-abad.
Sobat Jelajah Kawasan Cagar Budaya Muarajambi: Festival Bekarang di Lopak Sepang, Desa Tebat Patah, yang merupakan bagian dari Kawasan Cagar Budaya Nasional Muara Jambi, adalah perayaan tahunan yang memadukan tradisi, budaya, dan pelestarian lingkungan, yang di laksanakan pada tanggal 24-25 Agustus 2024 dalam rangkaian kegiatan KENDURI SWARNABUMI 2024. Festival ini bukan hanya momen untuk menangkap ikan, tetapi juga kesempatan untuk mengenang dan melestarikan kekayaan alam yang ada di Lopak Sepang. Desa Tebat Patah, sebagai penjaga tradisi, menyelenggarakan festival ini satu kali dalam setahun, di mana warga diizinkan untuk menangkap ikan di Lopak Sepang. Di luar waktu festival, tempat ini dijaga ketat oleh hukum adat yang melarang pengambilan ikan, dengan sanksi berat bagi siapa pun yang melanggarnya.
Lopak Sepang sendiri adalah rumah bagi berbagai jenis ikan lokal yang menjadi bagian penting dari ekosistemnya. Selama festival, warga menangkap ikan-ikan lokal seperti ikan gabus, sepat siam, sepat rindu, ikan serapil, ikan belut, dan ikan toman. Keberadaan ikan-ikan ini menunjukkan betapa kaya dan beragamnya kehidupan air di kawasan ini. Selain itu, ada juga ikan nila yang sering ditemukan, meskipun ikan ini bukanlah spesies lokal. Kehadiran ikan nila dalam festival menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keaslian ekosistem air di Lopak Sepang.
Pada hari festival, Desa Tebat Patah dipenuhi dengan semangat kebersamaan. Warga turun ke air dengan alat tangkap tradisional, bekerja sama dalam suasana yang penuh keceriaan dan gotong royong. Festival Bekarang tidak hanya menjadi ajang untuk menangkap ikan, tetapi juga sebuah simbol dari kebersamaan dan penghormatan terhadap alam yang telah menjadi bagian dari identitas masyarakat Desa Tebat Patah.
Setelah festival berakhir, Lopak Sepang kembali menjadi kawasan yang dilindungi. Hukum adat kembali ditegakkan dengan ketat, melarang siapa pun untuk menangkap ikan hingga festival berikutnya. Aturan ini memastikan bahwa sumber daya alam tetap terjaga, dan ekosistem air di Lopak Sepang tetap lestari. Pelanggaran terhadap hukum adat ini tidak hanya mendatangkan sanksi, tetapi juga dianggap sebagai bentuk pengkhianatan terhadap warisan leluhur.
Festival Bekarang di Desa Tebat Patah adalah bukti dari bagaimana tradisi dan pelestarian alam bisa berjalan beriringan. Ini adalah momen yang mengingatkan kita akan pentingnya menjaga warisan budaya dan alam, serta bagaimana nilai-nilai tradisional tetap relevan di tengah arus modernisasi. Sebagai bagian dari Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi, Desa Tebat Patah terus memainkan peran penting dalam menjaga kekayaan budaya dan alam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitasnya.
Dengan perkembangan Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi yang semakin luar biasa, besar harapan warga Desa Tebat Patah untuk melihat kemajuan yang sama di desa mereka. Warga berharap bahwa perhatian yang lebih besar dari aparat dan pemerintah terkait dapat membawa perubahan positif dan perkembangan yang lebih signifikan di Desa Tebat Patah, agar desa ini bisa terus berkontribusi dalam pelestarian budaya dan alam, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Dukungan yang kuat dari semua pihak akan menjadi kunci untuk mewujudkan harapan ini, agar Desa Tebat Patah bisa berkembang seiring dengan kemajuan yang terjadi di Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi.
Desa Tebatpatah, yang terletak dalam Kawasan Cagar Budaya Nasional Muara Jambi, menjadi pusat perhatian dalam persiapan kenduri Swarnabhumi. Di sini, antusiasme ibu-ibu dalam mengenal gastronomi dan cara penyajian makanan sangat menonjol. Mereka tidak hanya terlibat dalam teknis memasak, tetapi juga mendalami hubungan mendalam antara budaya, rempah, dan tradisi.
Kenduri Swarnabhumi bukan sekadar perayaan, melainkan sebuah upacara yang sarat akan makna budaya. Dalam setiap masakan yang disajikan, terkandung warisan leluhur yang mengikat hubungan antargenerasi. Rempah-rempah yang digunakan bukan hanya menyedapkan masakan, tetapi juga sebagai simbol kesehatan, kesejahteraan, dan persatuan. Bagi ibu-ibu di Desa Tebatpatah, proses mempelajari cara mengolah dan menyajikan makanan ini adalah upaya menjaga dan melestarikan tradisi, agar tidak terkikis oleh waktu.
Tim dari Pasar Paduka memahami betul hal ini, sehingga dalam setiap sesi, mereka tidak hanya mengajarkan teknik memasak, tetapi juga menekankan pentingnya menghargai asal-usul setiap rempah dan resep yang diwariskan. Mereka membantu para ibu-ibu ini menyelami lebih dalam keunikan gastronomi lokal, menggali kembali makna-makna yang mungkin sudah mulai dilupakan.
Kenduri Swarnabhumi menjadi momen penting di mana semua ini disatukan. Melalui makanan, kita tidak hanya menyajikan hidangan bagi para tamu, tetapi juga berbagi kisah tentang siapa kita, dari mana asal kita, dan apa yang kita perjuangkan. Dengan memahami dan menjaga warisan ini, kita tidak hanya merayakan budaya kita, tetapi juga mewariskannya kepada generasi mendatang.
Pasar Paduka terus berinovasi dalam penyajian makanan, mencoba dan selalu berupaya menemukan cara-cara baru untuk menghadirkan pengalaman kuliner yang unik. Meskipun menghadirkan inovasi, Pasar Paduka tetap menjaga keaslian rasa dan aroma dari makanan khas tradisional Desa Muara Jambi. Melalui kombinasi teknik modern dan resep tradisional, setiap hidangan yang disajikan tetap mempertahankan cita rasa autentik yang telah diwariskan turun-temurun.
Keistimewaan masakan di Pasar Paduka terletak pada penggunaan rempah-rempah yang melimpah, yang menjadi ciri khas dari setiap masakan. Rempah-rempah ini tidak hanya menambah cita rasa, tetapi juga memberikan kekayaan aroma yang memikat.
Bagaimana? Kapan ingin mencoba?
Silahkan Sobat bisa membeli paket wisata yang menyediakan kunjungan ke pasar paduka.
Baselang merupakan ajakan atau permintaan dari seseorang untuk bergotong royong untuk menyelesaikan pekerjaan tanpa upah. Jadi dalam hal ini ada permintaan dari seseorang kepada orang lain untuk bergotong royong membantunya mengerjakan sesuatu sehingga pekerjaan tersebut segera dapat diselesaikan. Selain itu juga beselang mampu memperkuat tali silahturahmi. Kegiatan ini selain beselang nuai padi. ada jg beberapa yang bisa dilakukan masyarakat dengan baselang ini. Mulai dari beselang mengambil kayu, masak dan kegiatan lainnya. Kegiatan dari turun menurun sudah dilakukan. .
Terimaksih Perjalanan saya menyenangkan dengan di temani guide lokal.