Loading...

Kisah dan Cerita

Kami menemukan 23 hasil dalam pencarian ini!

By : MONGABAY

Sumber : https://www.mongabay.co.id/2024/08/12/stockpile-batubara-ancaman-cagar-budaya-candi-muarojambi/

Di tengah keindahan situs bersejarah Candi Muarajambi di Jambi, penumpukan batubara sembarangan telah menjadi ancaman yang semakin serius. Selama belasan tahun, industri penumpukan batubara telah meluas ke zona inti Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional (KCBN) Candi Muarajambi, yang mencakup desa-desa seperti Muara Jambi, Tebat Patah, dan Kemingking Dalam. Kawasan ini, yang membentang sepanjang 7,5 kilometer di sepanjang Sungai Batanghari dengan luas 3.891 hektar, merupakan kompleks percandian Buddha terbesar di Asia Tenggara.

 

Debu batubara di sekitar Candi Teluk 1. Foto: Teguh Suprayitno/Mongabay Indonesia

Dalam upaya menangani ancaman ini, pemerintah daerah dan pusat tampak terlibat dalam saling lempar tanggung jawab. Sinta Hendra, pejabat Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup Ahli Madya DLH Jambi, menjelaskan bahwa mereka telah mengambil sampel air limbah dan tanah di sekitar Candi Teluk 1. Jika hasilnya menunjukkan pencemaran, sanksi administratif, termasuk teguran dan kemungkinan pencabutan izin usaha, akan diberikan kepada perusahaan yang tidak memperbaiki kondisi tersebut.

 

Mukhtar Hadi, Ketua Komunitas Rumah Menapo, melaporkan bahwa terdapat tiga candi dan lima menapo—gundukan tanah berisi tumpukan bata berstruktur candi—yang kini terancam oleh industri batubara, minyak sawit, dan cangkang sawit. Perusahaan-perusahaan seperti PT Rakindo Unitrust Mandiri (RUM), PT Nan Riang, PT Bukit Tambi, PT Tegas Guna Mandiri (TGM), dan PT Sinar Alam Permai (SAP) beroperasi di sekitar kawasan ini. Mereka mengelola batubara, minyak sawit, dan cangkang sawit, dengan beberapa memiliki izin stockpile batubara di desa-desa sekitar.

 

Aktivitas bongkar muat batubara di kawasan Candi Muarajambi. Foto: Teguh Suprayitno/Mongabay Indonesia

Menurut peta zonasi KCBN Muarajambi, beberapa perusahaan beroperasi di zona inti dan penyangga, meskipun Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi No.135/M/2023 melarang industri tambang batubara dan sawit di zona tersebut. Penumpukan batubara di Desa Muara Jambi telah dimulai sejak 1989, tetapi jumlahnya terus meningkat seiring waktu.

Borju, sapaan akrab Mukhtar Hadi, khawatir bahwa penumpukan batubara dapat berdampak buruk pada situs Candi Muarajambi dan lingkungan sekitarnya. Getaran dari truk-truk pengangkut batubara dan genangan air limbah batubara dapat merusak struktur candi dan membuat batu candi menjadi rapuh.

 

Candi Teluk 1, dahulu digunakan para biksu untuk melakukan ritual keagamaan. Foto: Jaka Hendra Baittri/Mongabay Indonesia

Upaya dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini, seperti kunjungan Presiden Joko Widodo dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, belum sepenuhnya menyelesaikan masalah. Agus Widiatmoko, Kepala Balai Pelestarian Wilayah V Jambi dan Bangka Belitung, mengakui adanya ancaman serius terhadap candi dan menyatakan bahwa pemugaran candi sedang dilakukan.

 

Stockpile batubara di tepi Sungai Batanghari. Foto: Jaka Hendra Baitri/Mongabay Indonesia

Candi Muarajambi diusulkan sebagai warisan dunia ke UNESCO pada 2009, namun hingga kini belum mendapatkan pengakuan resmi. Upaya pelestarian harus terus dilakukan untuk melindungi situs bersejarah ini dari ancaman yang ada.

Selengkapnya..

By : BALEBELURU

Candi Muaro Jambi tak hanya menyimpan pesona sejarah, tapi juga kekayaan pengetahuan lokal yang terjaga di desa-desa sekitarnya. Mari kita lestarikan budaya ini!
Yuk, ikuti kelas gratis "Balebeluru" untuk belajar:
* Cerita rakyat dan legenda: Dengar kisah-kisah menarik yang diwariskan turun-temurun dari nenek moyang.
* Kearifan lokal: Pelajari bagaimana masyarakat setempat hidup selaras dengan alam dan budaya.
* Keterampilan tradisional: Temukan berbagai keterampilan unik yang dimiliki masyarakat, seperti membuat kain tenun, ukiran kayu, dan lainnya.
* Bahasa daerah: Pelajari bahasa daerah setempat untuk lebih memahami budayanya.
Kelas "Balebeluru" ini terbuka untuk semua!
Mari jaga dan lestarikan pengetahuan lokal bersama!

#PengetahuanLokal #CandiMuaroJambi #Balebeluru#KelasGratis #belajarbudaya

Selengkapnya..

By : BALEBELURU

Desa Muaro Jambi adalah salah satu desa terdekat dari kawasan Cagar Budaya Nasional Candi Muaro Jambi, yang mencakup area seluas 3.981 hektar. Desa ini dikenal sebagai salah satu dari enam desa di kawasan tersebut yang memiliki situs terbanyak, menunjukkan kekayaan warisan budaya yang dimilikinya.
Namun, ada sesuatu yang menarik dan mendalam yang tersembunyi di balik keberadaan desa ini. Kita sering mendengar istilah "mandala," sebuah seni kaligrafi yang dalam praktiknya telah menjadi simbol umum untuk berbagai rencana, grafik, atau pola geometris yang mewakili kosmos secara metafisik atau simbolis, sebuah mikrokosmos semesta dari perspektif manusia.

Di desa Muaro Jambi, tradisi yang melibatkan penggunaan simbol mandala ini terlihat dalam ritual kelahiran. Bayi yang baru lahir, sekitar satu minggu usianya, akan ditempatkan di atas tikar yang terbuat dari tanaman rumbai yang dianyam. Tikar ini dikenal dengan nama "lapik." Di atas lapik ini, kain yang dilipat dalam bentuk persegi empat akan ditumpuk sebanyak tujuh lapis, menyerupai sebuah pola lingkaran yang mirip dengan mandala.

Tujuh lapis kain ini memiliki makna simbolis yang mendalam, yaitu sebagai pusat atau tumpuan yang melambangkan hubungan antara tubuh dan luar tubuh kita, serta koneksi antara manusia dan Sang Pencipta.

Hal ini mengingatkan kita pada temuan arca PrajnaParamitha di Candi Muaro Jambi, tepatnya di Candi Gumpung. Arca ini memiliki keunikan tersendiri, di mana kain yang dikenakan oleh arca tersebut juga memiliki motif lingkaran mandala.

Pertanyaannya, apakah kain yang dibuat untuk tempat bayi di desa Muaro Jambi dengan bentuk seperti ini terjadi secara sengaja ataukah sebaliknya? Apakah ini merupakan warisan budaya yang diteruskan secara turun-temurun, atau hanya kebetulan semata?

Tradisi dan artefak yang ditemukan di desa Muaro Jambi membuka jendela baru untuk melihat bagaimana elemen-elemen budaya kuno masih mempengaruhi kehidupan masyarakat hingga saat ini. Kami mengajak tuan dan puan meramu ini.
Mohon tunjuk ajar kami.
.
.
#Balebeluru #muarajambi #CandiMuaroJambi #jambi #budaya#sejarah #desamuarajambi #bhudism #muslim #peradaban

Selengkapnya..

By : BALEBELURU

Mengenal Bumbu Laut dan Bumbu Darat di Desa Muara Jambi

Di Desa Muara Jambi, rempah2 yang digunakan dalam masakan dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu bumbu laut dan bumbu darat. Meskipun terbagi dalam dua kategori, rempah-rempah ini sering kali bertemu dalam satu masakan, terutama pada acara-acara penting seperti pesta pernikahan.

Pd pesta pernikahan, rempah-rempah ini tidak hanya berfungsi sbgai bahan masakan, tetapi juga sebagai simbol dalam tradisi seserahan. Rempah-rempah tersebut ditempatkan dalam wadah kecil dari daun pisang namanya "takir". Wadah ini berisi rempah-rempah yang akan digunakan untuk memasak selama pesta, yang biasanya berlangsng dua hari. pada hari Sabtu dan Minggu.

Pada hari Sabtu, bumbu darat menjadi fokus utama dalam masakan. Bumbu darat ini terdiri dari rempah-rempah seperti cabai, lengkuas, kunyit, bawang putih, bawang merah, kelapa, serta berbagai sayuran. Keesokan harinya, pada hari Minggu, bumbu darat akan dipadukan dengan bumbu laut. Bumbu laut meliputi rempah seperti lada, cengkih, asam Jawa, pala, dan garam.

Asal-usul penamaan bumbu laut dan bumbu darat berakar dari kondisi masyarakat Muara Jambi pd masa lalu. Pada waktu itu, rempah-rempah seperti cengkih, lada, asam Jawa, dan garam sulit diperoleh secara lokal. Rempah-rempah ini hnya bisa didapatkan dri pedagang yang datang dari luar daerah melalui jalur laut dan masuk ke Muara Jambi lewat Sungai Batanghari. Seiring waktu, penamaan ini pun terbentuk secara tidak langsung, mencerminkan keterbatasan dan asal-usul bhn tersebut.

Meski tidak ada catatan psti mengenai kapan tepatnya bumbu laut ini pertama kali datang, tradisi ini tetap hidup dan menjadi bagian penting dari budaya masyarakat Muara Jambi. Rempah-rempah bukan hanya bahan masakan, tetapi juga simbol penting dalam sejarah perdagangan dan pertukaran budaya yang terjadi di wilayah ini.

Hingga saat ini, tradisi penggunaan bumbu laut dan darat masih dipertahankan oleh masyarakat Muara Jambi. Ini merupakan wujud pelestarian budaya yang menghubungkan mereka dengan warisan nenek moyang serta sejarah panjang yang pernah terjadi di tanah mereka.

Trmaksih pasar paduka.
Ibu Jamilah dan Sartini.
.
#pasarpaduka #Balebeluru

Selengkapnya..

By : BALEBELURU

Masyarakat dahulu sangat memahami risiko tinggal di tepi Sungai Batanghari, terutama saat banjir tahunan yang sering terjadi di akhir dan awal tahun. Untuk mengatasi masalah ini, mereka membangun rumah panggung dengan ketinggian lebih dari tiga meter. Rumah panggung ini dirancang agar air banjir tidak mencapai bagian dalam rumah, sehingga mereka bisa tetap tinggal dengan aman meski banjir berlangsung hingga satu atau dua bulan.

Selain melindungi dari banjir, ruang di bawah rumah panggung juga dimanfaatkan dengan baik. Masyarakat biasanya menggunakan ruang ini untuk menyimpan kayu bakar yang disusun rapi, memasak untuk acara besar seperti pesta, atau menyiapkan dodok untuk Hari Raya. Dengan cara ini, mereka dapat memaksimalkan ruang yang ada tanpa mengurangi fungsi halaman.

Rumah panggung di Desa Muaro Jambi dan sekitarnya juga mencerminkan status sosial pemiliknya. Jika di masa sekarang status sosial sering dilihat dari ketinggian rumah, dahulu orang menilainya dari panjang rumah. Semakin panjang rumah ke belakang, semakin tinggi pula status sosial keluarga tersebut. Rumah panggung biasanya dibangun dengan kayu trembesu sebagai tiang dan papan bulian untuk dinding, yang terkenal kuat dan tahan lama.

Meskipun kini rumah panggung semakin jarang ditemukan, beberapa di antaranya masih berdiri di sepanjang Sungai Batanghari. Rumah-rumah ini menjadi bagian dari warisan budaya yang menunjukkan kearifan lokal dalam menghadapi tantangan alam dan mempertahankan identitas sosial masyarakat.
.
.
.
#Balebeluru #jambi #rumahpanggung #desa #budaya #tradisi#history #peradaban #SungaiBatanghari

Selengkapnya..

By : BALEBELURU

"Pundutan" adalah sebuah tradisi unik yang berasal dari Desa Muara Jambi, di mana makanan yang diletakkan di dalam nampan kemudian diikat dengan kain untuk diangkat bersama-sama. Tradisi ini sering dijumpai dalam berbagai acara penting seperti pesta pernikahan atau upacara adat tertentu. Nampan yang digunakan dalam pundutan biasanya berisi lauk-pauk dan nasi, yang nantinya dinikmati bersama oleh para masyarakat.

Setiap nampan dalam pundutan umumnya diperuntukkan bagi dua orang, yang kemudian menyantap makanan tersebut bersama-sama. Tradisi ini bukan hanya tentang berbagi makanan, tetapi juga mempererat ikatan sosial antarindividu yang terlibat. Dengan duduk berdampingan dan berbagi satu nampan, tercipta suasana kebersamaan dan rasa saling memiliki yang mendalam.

tradisi pundutan telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Desa Muara Jambi. Lebih dari sekadar ritual, pundutan mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas yang kuat di tengah masyarakat. Melalui tradisi ini, tali silaturahmi antarwarga terus terjalin dan diperkuat, menjadi warisan budaya yang terus dilestarikan dari generasi ke generasi.
.
.
.
.
.
.
.
Desa muaraJambi 📍
.
.
#Balebeluru #desamuarajambi #budaya #tradisi#PengetahuanLokal #jambi

Selengkapnya..

By : BALEBELURU

Sungai Batanghari, sumber kehidupan bagi masyarakat Jambi, kini tercemar akibat limbah rumah tangga dan plastik. Perusahaan yang tidak bertanggung jawab pun memperparah keadaan dengan membuang limbah ke sungai.
Mari jaga sungai Batanghari! ️
Kita bisa lakukan:
* Kurangi penggunaan plastik: Gunakan botol minum isi ulang, tas belanja kain, dan hindari produk sekali pakai.
* Kelola sampah dengan baik: Buang sampah pada tempatnya, pilah sampah, dan lakukan daur ulang.
* Berikan edukasi: Ajarkan orang lain tentang pentingnya menjaga sungai.
* Laporkan pelanggaran: Laporkan kepada pihak berwenang jika melihat ada perusahaan yang membuang limbah ke sungai.
Bersama, kita bisa ciptakan Sungai Batanghari yang bersih dan lestari!

#SungaiBatanghari #JagaSungai #balebeluru#CegahPencemaran #bersamakitabisa

Selengkapnya..

By : BALEBELURU

Mengajak anak-anak mencintai alam sejak dini itu penting banget, lho!

Yuk, ajak mereka belajar sambil bermain:

* Ceritakan tentang hubungan manusia dan alam: Jelaskan bagaimana alam memberi kita makanan, air, dan udara untuk hidup.
* Bermain di alam: Ajak mereka ke taman, pantai, atau gunung untuk merasakan langsung keindahan alam.
* Menanam pohon: Tanam pohon bersama di sekitar rumah atau sekolah. Ajak mereka merawat pohon dan melihatnya tumbuh besar.
* Membaca buku tentang alam: Bacakan buku-buku tentang hewan, tumbuhan, dan ekosistem kepada mereka.
* Menonton film tentang alam: Tonton film dokumenter atau animasi tentang alam bersama.

Dengan bermain dan belajar di alam, anak-anak akan:
* Lebih menghargai alam: Mereka akan memahami betapa pentingnya menjaga alam.
* Lebih kreatif dan imajinatif: Bermain di alam dapat memicu kreativitas dan imajinasi anak.
* Lebih sehat: Berada di alam dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental anak.
Mari ciptakan generasi yang cinta alam dan bertanggung jawab untuk menjaganya!


#CintaAlamSejakDini #BelajarSambilBermain#MenanamPohon #GenerasiHijau
#balebeluru

Selengkapnya..

By : BALEBELURU

Sungai Berembang: Luka di Jantung Candi Muaro Jambi
Sungai Berembang, bagaikan luka di jantung Candi Muaro Jambi. Alirannya yang dulunya jernih kini menghitam, tercemar limbah sawit.
Sungai ini bukan sekadar aliran air, tapi nadi kehidupan bagi situs bersejarah ini. Di sinilah mengalir nilai budaya dan sejarah yang tak ternilai.
Mari rawat, jaga, dan lestarikan Sungai Berembang:
* Hentikan pembuangan limbah: Tekan perusahaan untuk mengelola limbah dengan benar.
* Bersihkan sungai: Lakukan aksi bersih-bersih sungai secara berkala.
* Tanam pohon: Tanam pohon di bantaran sungai untuk mencegah erosi dan meningkatkan kualitas air.
* Edukasi masyarakat: Tingkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga sungai.
Bersama, kita bisa pulihkan Sungai Berembang dan lestarikan Candi Muaro Jambi untuk generasi mendatang.


#SungaiBerembang #CandiMuaroJambi#HentikanPencemaran #lestarikanbudaya
#Balebeluru

Selengkapnya..

By : BALEBELURU

Pasar lokal memainkan peran penting dalam perekonomian desa, di mana hasil pertanian dan produk lokal dijual kepada tengkulak yang bertindak sebagai perantara sebelum produk tersebut sampai ke pasar yang lebih besar. Tengkulak membeli produk dari petani dengan harga yang disepakati, kemudian mengangkut dan menjualnya kembali di pasar dengan harga yang lebih tinggi untuk mendapatkan keuntungan. Proses ini memungkinkan petani mendapatkan pendapatan dari hasil panen mereka, meskipun sering kali dengan harga yang lebih rendah dibandingkan jika mereka menjual langsung ke konsumen akhir. Sistem ini juga mendukung distribusi produk dari daerah pedesaan ke pusat-pusat perdagangan, memastikan ketersediaan barang di pasar dan mendorong perekonomian lokal.

Selengkapnya..

By : BALEBELURU

Pengetahuan lokal sangat penting dalam menghadapi perubahan iklim karena menyediakan strategi adaptasi dan mitigasi yang sesuai dengan kondisi setempat, membantu mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan, meningkatkan resiliensi komunitas terhadap bencana, dan melestarikan keanekaragaman hayati. Dengan mengintegrasikan pengetahuan ini dalam kebijakan dan program, kita dapat mengembangkan solusi yang lebih efektif dan relevan, serta meningkatkan kesadaran dan tindakan kolektif untuk menghadapi tantangan iklim.
.
.
#PengetahuanLokal #Balebeluru #muarajambi #tebatpatah#jambi #budaya #petani

Selengkapnya..
Dibuat Dengan ❤️ Oleh Galih Zen Salim.
Hak Cipta © Candi Muaro Jambi, Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.